Cerita Toilet Training (2): Proses dan Metode

Untuk cerita latar belakang mulai Toilet Training, bisa di baca di sini ya.

Hari Rabu 28 Juni 2017 pagi saya pulang dari Jogja dan sampai di rumah mertua di Ciputat sore harinya. Sejak sampai di rumah mertua, saya ingatkan kembali ke Sekar bahwa kita udah pulang mudik, dan mulai besok udah nggak pake pampers yaa. Besoknya sorenya, Kamis 29 Juni 2017, setelah sampai kembali ke rumah Ibu saya, tempat kami tinggal sehari-hari,  dimulailah proses TT.

Saya memutuskan langsung full TT siang-malam. Awalnya mau siang dulu aja deh, malam mau pakai pampers. Tapi kok rasanya tanggung ya setengah-setengah. Akhirnya diputuskan langsung full aja.

Metode TT yang saya lakukan di malam hari, saya prepare perlak lebar di bawah sprei. Jadi kalau pun kejadian ngompol, nggak harus sampe jemur kasur. Sebelum tidur,  Saya ajak Sekar ke kamar mandi untuk pipis dulu. Lalu pada bulan pertama, saya bangun tengah malam sekitar jam 12-2 untuk gendong Sekar ke kamar mandi agar pipis di toilet. Lalu setelah saya solat subuh juga saya gendong lagi ke kamar mandi untuk pipis, dalam kondisi Sekar masih merem.

Alhamdulilllah, dengan metode TT malam seperti itu, dalam satu bulan pertama TT, saya hanya kecolongan 3 kali di malam hari. Itu pun semua karena salah saya sih, sayanya ketiduran duluan , jadi lupa bawa Sekar ke kamar mandi sebelum tidur. Masuk bulan kedua, saya sudah nggak bangun tengah malam lagi, hanya bangunin Sekar di jadwal subuh aja. Sejak mulai proses TT di akhir Juni sampai hari ini (kurang lebih 3 bulan), total saya hanya 5 kali kecolongan di malam hari.

Kalau metode TT yang saya lakukan pada siang hari, saya  akan bawa Sekar ke kamar mandi hampir setiap satu jam sekali. Setiap kali berhasil bawa ke kamar mandi dan BAK di toilet, selalu saya puji, dan diingetin untuk bilang kalau berikutnya mau pipis. Lalu, kecolongan nggak? Oh tentuu, hahahaha. Satu setengah hari pertama, saya kecolongan Sekar ngompol selama 7-8 kali. Alhamdulillahnya ngompolnya di atas lantai keramik, jadi nggak susah dibersihkan.

Setiap kali kecolongan, saya hanya bilang “Nggak papa, lain kali bilang ya kalau mau pipis”. Kalau Sekar ngompol pun, nggak pernah saya marahin. Karena buat saya proses belajar itu harus bebas dari tekanan. Jadi emang sama sekali ga mau marah-marah ke Sekar kalau sampe kejadian ngompol.

Satu-dua hari pertama saya kecolongan cukup banyak sekitar 7-8 kali sekar pipis di celana. Masuk hari ketiga, menurun drastis hanya 1 kali ngompol sehari. Dan di hari keempat, hari terakhir sebelum masuk kantor kembali, kalau saya tidak salah ingat masih kecolongan ngompol sekali, namun ada kemajuan sudah bisa bilang kalau mau pipis. Sudah bisa merasakan keinginan pipis, dan mengutarakannya. Sehingga keberhasilannya nggak ngompol tidak hanya karena sering diajak sama saya ke kamar mandi, tapi juga karena sudah bisa komunikasi.

Seminggu ke depannya, setiap saya pantau sepulang kerja, info dari ART jaraaaaang sekali ngompol. Hanya ada beberapa hari dalam seminggu sempat kecolongan ngompol sekali per hari. Masuk minggu ketiga, udah nggak ngompol sama sekali, alhamdulillah.

Walaupun di rumah sudah full tanpa pampers sepanjang hari, namun di awal-awal saya masih suka pakaikan pampers kalau bepergian, untuk jaga-jaga. Namun setelah sebulanan, ketika tau Sekar walaupun pake pampers nggak mau pipis dan malah cenderung nahan pipis hingga sampai pulang ke rumah, akhirnya saya putusin untuk full tanpa pampers juga ketika ke luar rumah.

Pertama full no pampers ke luar rumah waktu saya ketemuan sama sahabat 13 Agustus lala. Saya makan siang kurang lebih 5 jam. Selama 5 jam itu Sekar dua kali minta pipis di toilet, dan alhamdulillah nggak ada kecolongan. Sejak saat itu saya sudah nggak pakaikan pampers lagi walaupun ke luar rumah. Cuma Ninin nya masih sesekali suka pakaikan pampers kalau Sekar TPA di musholla, soalnya di musholla kan full karpet. Jadi agak takut kenapa-kenapa.

Kalau diresumekan proses TT nya Sekar hingga lulus, nggak sampai dua minggu. Alhamdulillah bersyukur banget di usia 33 bulan sudah lulus TT dengan cukup cepat dan tanpa drama. Ada banyak baby yang lulus TT bahkan di usia yang lebih muda dari Sekar, di bawah 33 bulan. Dan saya perlu mengapresiasi ibu-ibu hebat tersebut, kereeeen bangeett!  Tapi buat yang masih berjuang juga nggak usah khawatir ya. Nggak perlu terbebani dengan keberhasilan ibu-ibu lain. Insya Allah akan lulus TT pada waktunya.

Next postingan saya mau share beberapa poin penting yang menurut saya sangat membantu keberhasilan proses TT dengan cepat. Till next post ya!

One thought on “Cerita Toilet Training (2): Proses dan Metode

Leave a comment